Al Qur'an ? Apakah itu ? yaaaa tepat sekali,, bahwa al qur'an adalah kitab suci umat islam yang berasal dari tuhan semesta alam yang di dalamnya tidak terdapat kerugian sama sekali, perlu kita ketahui, khususnya umat islam di dunia ini, bahwa al qur'an mengandung banyak sekali sumber ilmu pengetahuan di dalamnya ,,,berikut ulasanya.
Al-Qur’an, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M atau
selama kira-kira 22 tahun,
dimana pada masa itu umat manusia khususnya orang-orang Mekah dan
Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf, telah membuktikan
kebenaran wahyunya melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan ilmu
pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah Muhammad.
Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu
Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa
bisa dibantah.
1. Kemenangan Bizantium.
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur’an tentang peristiwa masa
depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada
Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat
ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan
besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat
dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun
(lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al
Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh
tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia,
ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat
ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu
itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil
baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut
kemenangan kembali.
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman
serius bagi Kekaisaran Bizantium.
Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel.
Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak
yang
ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang.
Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius
dan dan
Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia,
Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh
Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.
(
Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society,
Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh.
Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan
dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam
beberapa tahun lagi.
Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab
menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa
kemenangan yang diberitakan Al Qur’an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum
tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium
secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian,
bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium,
yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil
dari Bizantium.
(Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford
University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, “kemenangan bangsa Romawi” yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang
fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini.
Ungkapan “Adnal Ardli” dalam bahasa Arab, diartikan sebagai “tempat yang dekat” dalam banyak terjemahan.
Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya.
Kata “Adna” dalam bahasa Arab diambil dari kata “Dani”, yang berarti “rendah” dan “Ardl” yang berarti “bumi”.
Karena itu, ungkapan “Adnal Ardli” berarti “tempat paling rendah di bumi”.
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara
Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan
kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di
bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang
terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria,
Palestina, dan Jordania.
“Laut Mati”, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern.
Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini
adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur’an,
daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi.
Demikianlah, ini memberikan bukti bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.
2. Kebohongan Alkitab secara umum.
Website ini dibuat justru untuk mengungkap berbagai jenis kebohongan Alkitab/Bibel sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam
Al-Qur’an berikut ini:
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka (Yahudi & Kristen) akan
percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah,
lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui?” (QS. 2:75)
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang (Yahudi & Kristen)
yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:
‘Ini dari Allah’, untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan
perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa
yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi
mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. 2:79)
“Orang-orang (Yahudi & Kristen) yang telah Kami beri Al Kitab
mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan
sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran,
padahal mereka mengetahui.” (QS. 2:146)
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya
di kala mereka berkata: ‘Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada
manusia’. Katakanlah: ‘Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang
dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan
kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak
kamu tidak mengetahui(nya)?’ Katakanlah: ‘Allah-lah (yang
menurunkannya)’, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an
kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS.
6:91)
Dan lain sebagainya.
3. Kemenangan di Khaibar dan Mekah.
Sisi keajaiban lain dari Al Qur’an adalah ia memberitakan terlebih
dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat
ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada
orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat
itu dikuasai kaum penyembah berhala:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan
memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur
rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka
Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum
itu kemenangan yang dekat.” (Al Qur’an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan
adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah.
Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin
terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah
kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah dengan aman.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan
hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al
Qur’an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur’an adalah
kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas.
4. Ditemukannya jasad Fir’aun.
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir’aun) supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami.” (QS. 10:92)
Pada waktu Qur-an disampaikan kepada manusia oleh Nabi Muhammad,
semua jenazah Fir’aun-Fir’aun yang disangka ada hubungannya dengan
Exodus oleh manusia modern terdapat di kuburan-kuburan kuno di
lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes, di seberang Nil di kota
Luxor. Pada waktu itu manusia tak mengetahui apa-apa tentang
adanya kuburan tersebut. Baru pada abad 19 orang menemukannya seperti
yang dikatakan oleh Qur-an jenazah Fir’aunnya Exodus selamat.
Pada waktu ini jenazah Fir’aun Exodus disimpan di Museum Mesir di
Cairo di ruang mumia, dan dapat dilihat oleh penziarah. Jadi
hakekatnya sangat berbeda dengan legenda yang menertawakan yang
dilekatkan kepada Qur-an oleh ahli tafsir Injil, R.P. Couroyer.
5. Madu adalah Obat.
“kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke
luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.” (QS. 16:69)
Tidak ada seorang pun yang membantah bahwa madu lebah dapat dijadikan
obat bagi manusia. Padahal, Al-Qur’an diturunkan pada abad ke-7 Masehi,
dimana orang-orang pada waktu itu, khususnya di Jazirah Arab, masih buta
iptek.
6. Air susu binatang, minuman yang lezat.
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada
dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang
mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. 16:66).
Pada waktu itu tidak ada seorang manusia pun di Jazirah Arab yang
mengira bahwa air susu ternak dapat diminum oleh manusia, bahkan
menyehatkannya. Sekarang, air susu ternak sudah menjadi santapan
sehari-hari bagi manusia yang menyukainya.
7. Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. 21:30)
Pada waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau
segala yang hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang
pakar pun yang membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari
air. Air adalah materi pokok bagi kehidupan setiap makhluk hidup.
8. Fenomena berpasang-pasangan atas segala sesuatu.
Qur-an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam
tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang
lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari
apa-apa yang mereka tidak ketahui.” (QS. 36:36)
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti
hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad.
Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan
atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau
benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup.
Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam
ayat itu secara gamblang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak
menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan
perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas.
Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan
Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara
berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933.
Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan
dengan lawan jenisnya: anti-materi.
Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi.
Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif,
dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah
sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan …
dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan
berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap
saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi,
melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di
luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana
dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin
diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
(http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz - Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205)
9. Kejadian manusia di dalam rahim.
Telor yang sudah dibuahkan dalam “Trompe” turun bersarang di dalam rendahan (cavite) Rahim (uterus).
Inilah yang dinamakan “bersarangnya telur.” Qur-an menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
“Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (QS. 22:5)
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni
perpanjangan telor yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu
bagi membesarnya telor, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah.
Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam Rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.
Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama surat 96 ayat 2.
“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” (QS. 96:2)
“Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan kata bahasa Arab: ‘alaq. Ini
adalah arti yang pokok. Arti lain adalah “gumpalan darah” yang sering
disebutkan dalam terjemahan Qur-an.
Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak
pernah melewati tahap ”gumpalan darah.” Ada lagi terjemahan ‘alaq
dengan “lekatan” (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak
tepat. Arti pokok yakni ”sesuatu yang melekat” sesuai sekali dengan
penemuan Sains modern.
Ide tentang “sesuatu yang melekat” disebutkan dalam 4 ayat lain yang
membicarakan transformasi urut-urutan semenjak tahap ”setetes sperma”
sampai sempurna.
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dan kabur)
maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, (sesuatu yang
melekat) kemudian dari segumpal daging yang sempurna keadaannya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu.” (QS. 22:5)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat).” (QS. 23:4)
“Dialah yang menciptakan kamu dan tanah, kemudian dari setetes air mani,
sesudah itu dan segumpal darah (sesuatu yang melekat).” (QS. 40:67)
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim).
Kemudian mani itu menjadi segumpal darah (sesuatu yang melekat) lalu
Allah menciptakannya dan menyempurnakannya.” (QS. 75:37-38)
Anggota tempat “mengandung” itu terjadi, selalu disebutkan dalam Qur-an
dengan kata yang berarti uterus. Dan beberapa surat, tempat itu
dinamakan “Tempat menetap yang kokoh.” (surat 23 ayat 13 yang pernah
kita sebutkan dan surat 77 ayat 21.18)
PERKEMBANGAN EMBRIYO DIDALAM PERANAKAN
Hal-hal yang disebutkan oleh Qur-an sesuai dengan apa yang diketahui
manusia tentang tahap-tahap perkembangan embryo dan tidak mengandung
hal-hal yang dapat dikritik oleh Sains modern.
Setelah “sesuatu yang melekat,” yaitu kata-kata yang telah kita lihat
kebenarannya, Qur-an mengatakan bahwa embriyo melalui tahap: daging
(seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang
diselubungi dengan daging (diterangkan dengan kata lain yang berarti
daging segar).
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan sesuatu yang melekat dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging, kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. 23:14)
Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa Arab
mudlghah; daging (seperti daging segar) adalah terjemahan lahm
Perbedaan perlu digaris bawahi, embriyo pada permulaannya merupakan
benda yang nampak kepada mata biasa (tanpa alat), dalam tahap tertentu
daripada perkembangannya, sebagai daging dikunyah. Sistem tulang,
berkembang pada benda tersebut dalam yang dinamakan “mesenhyme.” Tulang
yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang
dimaksudkan dengan “lahm. “
Dalam perkembangan embriyo, ada beberapa bagian yang muncul, yang tidak
seimbang proporsinya dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang
bagian-bagian lain tetap seimbang.
Bukankah arti kata bahasa Arab ”mukhallaq” yang berarti “dibentuk
dengan proporsi seimbang” dan dipakai dalam ayat 5 surat 22, disebutkan
untuk menunjukkan fenomena ini?
Qur-an juga menyebutkan munculnya pancaindera dan hati (perasaan, af-idah).
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh
(ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati.” (QS. 32:9)
Qur-an juga menyebutkan terbentuknya seks:
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dan air mani apabila dipancarkan.” (QS. 53:45-46)
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam surat 35 ayat 11 dan surat 75 ayat 39.
Semua pernyataan-pernyataan Qur-an harus dibandingkan dengan hasil-hasil
Sains modern; persesuaian di antara kedua hal tersebut sangat jelas.
Tetapi juga sangat perlu untuk membandingkannya dengan
kepercayaan-kepercayaan umum yang tersiar pada waktu Qur-an, agar kita
mengetahui bahwa manusia pada waktu itu tidak mempunyai konsepsi seperti
yang diuraikan oleh Qur-an mengenai problema-problema tertentu. Mereka
itu tidak dapat menafsirkan Qur-an seperti yang kita lakukan
sekarang setelah hasil Sains modern membantu kita. Sesungguhnya hanya
baru pada abad XIX, manusia mempunyai pandangan yang jelas tentang
hal-hal tersebut.
Selama abad pertengahan mitos dan spekulasi tanpa dasar merupakan
sumber daripada doktrin yang bermacam-macam, yang tetap dianut orang
setelah abad pertengahan selesai. Banyak orang tidak tahu bahwa tahap
fundamental dalam sejarah embryologi adalah pernyataan Harvey
pada th. 1651 bahwa: “Semua yang hidup itu berasal dari telor.” Juga
banyak orang tidak tahu bahwa embriyo itu terbentuk sedikit demi
sedikit, sebagian demi sebagian. Tetapi pada waktu ilmu pengetahuan baru
telah mendapat bantuan dari penemuan baru yaitu mikroskop untuk
menyelidiki soal-soal kita ini, masih terdapat banyak orang yang
membicarakan peran telur spermatozoide. Seorang naturalis, yaitu Buffon
termasuk golongan ovist (yaitu golongan yang menganut teori
pengkotakan). Bonnet salah seorang penganut teori tersebut mengatakan
bahwa telor Hawa, ibu dari jenis manusia, mengandung segala bibit jenis
manusia, yang disimpan dalam pengkotakan, yang satu didalam
yang lainnya. Hipotesa semacam ini masih diterima orang pada abad XVIII.
Lebih seribu tahun sebelum zaman tersebut, di mana doktrin-doktrin
khayalan masih mendapat pengikut, manusia sudah diberi Qur-an oleh
Tuhan. Pernyataan-pernyataan Qur-an mengenai reproduksi manusia
menjelaskan hal-hal yang pokok dengan istilah-istilah sederhana yang
manusia memerlukan berabad-abad untuk menemukannya.
10. Karakter binatang yang hidup berkelompok.
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab, kemudian kepada
Tuhan merekalah, mereka dihimpunkan..” (QS. 6:38)
Beberapa hal dalam ayat tersebut harus kita beri komentar.
Pertama-tarna: nasib binatang-binatang sesudah mati perlu disebutkan.
Dalam hal ini nampaknya Qur-an tidak mengandung sesuatu doktrin.
Kemudian soal taqdir secara umum, yang kelihatannya menjadi
persoalan di sini, dapat difahami sebagai taqdir mutlak atau
taqdir relatif, terbatas pada struktur atau organisasi fungsional
yang mengkondisikan tindakan (behaviour). Binatang bereaksi kepada
fakta luar yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.
Menurut Blachere, seorang ahli tafsir kuno seperti Al Razi berpendapat
bahwa ayat ini hanya menunjukkan tindakan-tindakan instinktif yang
dilakukan oleh binatang untuk memuji Tuhan.
Syekh si Baubekeur “Hamzah” (Sayid Abubakar Hamzah, seorang ulama Maroko) dalam tafsirnya menulis:
“Naluri yang mendorong makhluk-makhluk untuk berkelompok dan
berreproduksi, untuk hidup bermasyarakat yang menghendaki agar
pekerjaan tiap-tiap anggauta dapat berfaedah untuk seluruh
kelompok.”
Cara hidup binatang-binatang itu pada beberapa puluh tahun terakhir
telah dipelajari secara teliti dan kita menjadi yakin akan adanya
masyarakat-masyarakat binatang. Sudah terang bahwa hasil pekerjaan
kolektif telah dapat meyakinkan orang tentang perlunya organisasi
kemasyarakatan. Tetapi penemuan tentang mekanisme organisasi
beberapa macam binatang baru terjadi dalam waktu yang akhir-akhir
ini. Kasus yang paling banyak diselidiki dan diketahui adalah kasus
lebah. Nama Von Frisch dikaitkan orang dengan penyelidikan
tersebut. Pada tahun 1973 Von Frisch, Lorenz dan Tinbergen mendapat
hadiah Nobel karena penyelidikan mereka.
11. Peredaran benda-benda angkasa dalam garis edarnya.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan
bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
http://edukasi.kompasiana.com/